
Fakta bahwa bermain game dengan model
virtual reality merupakan salah satu model permainan yang banyak ditunggu-tunggu oleh
gamer. Biarpun ada perusahaan-perusahaan besar yang sedang sibuk mempersiapkan periferal
virtual reality
semacam itu, tapi pada kenyataannya, hal tersebut masih tidak mungkin
dijalankan. Paling tidak, itulah yang diyakini oleh salah satu orang
penting di
Valve,
Michael Abrash. Menurutnya,
gaming virtual reality masih harus berhadapan dengan rintangan dalam bentuk keterbatasan yang ada di sebuah
hardware. Menurutnya lagi, dibutuhkan juga momen-momen yang luar biasa sebelum ada periferal
virtual reality yang bisa berdiri sendiri.
Dalam posting yang dikirimkan oleh
Abrash, dijelaskan bahwa tingkat
latency hardware
(maksudnya, waktu yang dibutuhkan oleh peralatan kalian untuk
menampilkan sebuah gambar), merupakan faktor penghalang terbesar yang
harus bisa dilewati. Berikut ini adalah penuturan Abrash terkait dengan
masalah
gaming virtual reality yang telah menjadi idaman banyak orang itu.
"Kebanyakan game memiliki
latency, mulai dari gerakan mouse sampai dengan
update layar dari
50 ms atau bahkan terkadang lebih baik lagi, walau saya telah melihat angka
latency yang mencapai
30 ms untuk game-game sederhana (secara grafis) dengan kondisi
vsync dalam keadaan mati. Sebaliknya, saya bisa mengatakan kepada kalian dari pengalaman pribadi saya, bahwa
latency di atas
20 ms itu masih terlalu lambat untuk
VR, terutama
AR, tapi hasil riset menunjukkan kalau dengan
latency 15 ms saja, mungkin akan menjadi titik pentingnya, atau bahkan
7 ms," jelasnya.
Kemudian,
Abrash juga menjelaskan secara detil kenapa para ahli
hardware dan
software yang ada sekarang masih belum mampu memperbaiki kualitas
latency di atas level yang ada sekarang dan kemudian menyimpulkan bahwa memang yang namanya teknologi
virtual reality itu masih harus menunggu sampai teknologi yang ada sudah lebih canggih lagi.
"Tidak mungkin bisa menghadirkan tingkat
latency
yang rendah dengan menggunakan hardware yang ada sekarang, yang
sekarang ini juga sudah memiliki resolusi yang cukup tinggi, biaya yang
rendah, ukuran gambar yang tepat, faktor bentuk yang cukup ekonomis dan
beratnya yang tidak terlalu berat serta kualitas
pixel yang cocok untuk
AR/VR," tuturnya.
"Seseorang harus maju dan merubah peraturan yang ada pada hardware untuk bisa menurunkan tingkat
latency
yang ada. Hal tersebut sangat mungkin dilakukan dan pasti akan terjadi –
pertanyaannya sekarang adalah kapan dan oleh siapa. Sudah merupakan
harapan saya bahwa apabila pangsa pasar
VR mulai bermunculan setelah
Oculus Rift diluncurkan, maka saat dimana
latency tampilan menurun sudah sangat dekat."
Mungkinkah yang nantinya akan membuat terobosan baru dalam bidang
virtual reality adalah
Valve? Pasalnya, tim
hardware Valve kini dikabarkan sedang sibuk mempelajari tentang teknologi
VR dan sedang mengerjakan sebuah peralatan komputasi yang bisa dikenakan, serta masih banyak lagi proyek-proyek rahasia lainnya.
Related Posts :
Post : NEWS
0 komentar:
Posting Komentar