MARAJ AL-BAHRAYN
Laut Dua Warna
Inilah
salah satu bukti nyata kuasa Allah. Sejumlah ahli menemukan laut dua
warna yang tak pernah bercampur yang terletak di selat Gibraltar yang
menghubungkan lautan mediterania dan samudera atlantik.
“…
Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan segala sesuatu di muka bumi
dalam keadaan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka selamatkanlah kami dari
siksa neraka.” (QS Al Imran[3]: 191).
“Wahai
jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, niscaya kamu tidak akan dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).” (QS Ar-Rahman[55]: 33).
K
|
edua
ayat diatas memberikan gambaran kepada umat manusia, besarnya kekuatan
Allah SWT dalam menciptakan segala sesuatu yang ada di alam ini. Semua
yang diciptakanNya tidak ada yang sia-sia. Dalam surah Ar-Rahman, Allah
SWT memberikan tantangan kepada jin dan manusia untuk membuktikan
kekuasaan Allah. Intinya mereka tidak bisa mencapai Kemahabesaran Allah tanpa melalui ilmu pengetahuan.
Dalam ayat lain pada surah Al-Baqarah[2] ayat 26,
Allah SWT menciptakan nyamuk yang kecil sekalipun memiliki makna dan
manfaat. Ditegaskan, Allah menciptakan makhluk kecil itu dalam rangka
menunjukan kekuasaan Allah SWT agar manusia berpikir untuk mengambil
pelajaran.
Laut Dua Warna
AlQuran
banyak sekali mengungkapkan sesuatu yang terkadang berada di luar
jangkauan manusia. Namun setelah sekian lama, akhirnya manusia baru bisa
mengungkapkan kebenaran ayat-ayat Allah yang termaktub dalam AlQuran
tersebut. Salah satunya tentang keberadaan laut dua warna.
Dalam surah Ar-Rahman[55] ayat19-22, Allah berfirman:
“Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, anatara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Allah manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (QS Ar-Rahman[55]: 19-22)
“Dan
Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini
tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya didnding dan batas yang menghalangi.” (QS Al-Furqan[25]: 53)
– Laut dua warna yang terdapat di selat Gibraltar berwarna biru tua dan biru langit.
Setelah lebih dari 14 abad, baru beberapa dasawarsa ini para ilmuwan berhasil mengungkapkannya. Disebutkan
para peneliti harus menunggu hingga beberapa tahun untuk mencari dan
menemukan laut dua warna ini. Para peneliti yang dilibatkan mencapai
ratusan orang dan tempat untuk mencarinya.
Setelah berhasil menemukan laut dua warna tersebut, beberapa peneliti
akhirnya menyatakan kekagumannya akan kebenaran AlQuran dan kemudian
memilih Islam sebagai jalan hidupnya.
Dari ratusan tempat yang diteliti, ternyata laut dua warna yang
disebutkan AlQuran, berada di selat Gibraltar yang menghubungkan antara
Lautan Mediterania dan Samudera Atlantik serta memisahkan Spanyol dan
Maroko. Nama Gibraltar berasal dari bahasa arab Jabal Thariq yang berarti gunung Tariq. Nama itu merujuk pada jendral muslim Tariq bin Ziyad yang menaklukkan Spanyol pada tahun 711.
Dalam pelatihan ESQ (Emotional and Spiritual Quetiont),
Ari Ginandjar selaku Pembina dan instruktur pelatihan, sering
memperlihatkan gambaran laut dua warna tersebut. Di Selat Gibraltar itu
terdapat pertumuan dua jenis laut yang berbeda warna. Seperti ada garis
pembatas yang memisahkan keduanya. Satu bagian berwarna biru agak gelap
dan pada bagian lain tampak lebih terang.
Menurut penjelasan para ahli kelautan seperti William W. Hay, guru
besar ilmu bumi di University of Colorado, Boulder – Amerika Serikat,
dan mantab dekan sekolah kelautan Rosentiel dan Sains Atmosfer di
University Miami, Florida – Amerika Serikat, serta Professor Dorja Rao,
seorang spesialis di Geologi Kelautan dan dosen di Universitas King
Abdul-Aziz, Jeddah, air laut yang terletak di selat Gibraltas tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari kadar garamnya, maupun
suhu kerapatan air laut. Dan seperti dijelaskan dalam surah
Al-Furqan[25] ayat 53, yang satu bagian rasanya tawar dan segar,
sedangkan bagian lainnya rasanya asin lagi pahit. Dan antara keduanya,
tak pernah saling bercampur (bersatu satu sama lain), seolah ada dinding
tipis yang memisahkannya.
Pembatas
Para ahli kelautan menemukan adanya batas pada setiap lautan. Pemisah itu bergerak diantara dua lautan dan dinamakan dengan front (jabhah) dianalogikan dengan front
yang memisahkan antara dua pasukan. Dengan adanya pemisah ini setiap
lautan memelihara karakteristiknya sehingga sesuai dengan keberadaan
makhluk hidup (ekosistem) yang tinggal di lingkungan itu.
Seperti dikutip oleh www.ikadi.org,
banyak tahapan yang telah dilalui ilmu pengetahuan manusia untuk
mengetahui sifat-sifat air laut, diantaranya tentang batas-batas laut.
Pada tahun 1873 M / 1283 H, para ilmuwan dari tim peneliti Inggris dalam
ekspedisi laut Challenger
menemukan adanya perbedaan diantara sampel-sampel air laut yang diambil
dari berbagai lautan. Dari situ manusia mengetahui bahwa air laut
berbeda-beda kondisinya satu dengan yang lain, baik dalam hal kadar
garam, temperatur, berat jenis, dan jenis biota lautnya.
Penemuan hal ini dihasilkan setelah menyelesaikan pelayaran ilmiah
selama tiga tahun, mengarungi seluruh lautan di bumi. Ekspedisi ini
mengumpulkan informasi-informasi dari 362 pos yang diperuntukkan untuk
menyelidiki karakteristik lautan di seluruh dunia. Laporan perjalanan
tersebut memenuhi 29 ribnu halaman dalam 50 jilid, yang penyusunannya
memakan waktu 23 tahun. Ekspedisi tersebut merupakan salah satu penemuan
ilmiah yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan, khususnya tentang
oceanologi (ilmu kelautan).
- Pencitraan Selat Gibraltar dengan satelit, foto kanan menggunakan pencitraan khusus untuk mengukur suhu air.
Tahun
1933 diadakan ekspedisi ilmiah oleh tim Amerika di teluk Meksiko.
Mereka menyebar ratusan pos di laut untuk mempelajari karakteristik
lautan. Hasilnya, sebagian besar pos-pos tersebut memberikan informasi
yang seragam tentang karakteristik air di wilayah itu, sementara pos-pos
lainnya memberikan informasi yang berbeda. Dengan demikian, para ahli
kelautan ini berkesimpulan adanya dua laut yang berbeda sifatnya, dan
tidak sekadar perbedaan sampel seperti yang ditemukan pada ekspedisi
challenger.
Melalui ratusan ‘stasiun laut’ yang dibuat. Para ilmuwan menyimpulkan
bahwa perbedaan karakter tersebut mendeterminasi satu lautan dengan
lainnya, namun mereka masih mempertanyakan mengapa laut di selat
Gibraltar tidak bisa bercampur?
Pertama kali muncul jawaban itu di lembaran buku-buku ilmiah pada tahun
1942 M / 1361 H. studi yang mendalam tentang karakteristik lautan
menyingkap adanya lapisan-lapisan air pembatas yang memisahkan antara
lautan yang berbeda, dan berfungsi memelihara karakteristik khas setiap
lautan dalam hal kadar berat jenis, kadar garam, biota laut, suhu, dan
kemampuan melarutkan oksigen.
Setelah
tahun 1962 diketahui fungsi batas-batas laut tersebut dalam ‘mengolah’
aliran air laut yang menyebrang dari satu laut ke laut yang lain,
sehingga laut yang satu tidak melampaui laut yang lain. Dengan begitu
lautan-lautan tersebut tidak bercampur aduk karena setiap lautan menjaga
karakteristik dan batas-batas wilayahnya masing-masing karena adanya
pembatas-pembatas tersebut.
Menurut William Hay, air Laut Tengah Mediterania terasa hangat dan
berkadar garam tinggi, sedangkan air di Samudera Atlantik lebih dingin
dan memiliki kadar garam lebih rendah. Dan, batasan antara kedua air
laut ini juga berbeda dengan air di Teluk Oman dan air di Teluk Persia,
baik dari segi kimiawi maupun ekosistem yang ada diantara keduanya.
Muhammad Ibrahim As Sumaih, guru besar pada fakultas sains, jurusan
ilmu kelautan Universitas Qatar, dalam penelitian yang dilakukan di
Teluk Oman dan Persia (1984-1988) menemukan perbedaan terperinci dengan
angka-angka dan gambar-gambar pada kedua teluk tersebut. Sifat
lautan yang saling bertemu akan tetapi tidak bercampur satu sama lain
ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Karena gaya
fisika yang dinamakan ‘tegangan permukaan’ air dari laut-laut yang
saling bersebelahan tidak menyatu, akibat adanya perbedaan masa jenis,
tegangan permukaan mencegah lautan bercampur satu sama lain, seolah
terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A. Jr, 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, 92-93.)
Beda Penafsiran
Belum
puas dengan hasil yang ada, para peneliti kemudian meneliti lagi
tentang pertemuan laut dua warna tersebut, sebagaimana diisyaratkan
dalam surah Ar-Rahman, akan adanya pembatas diantara keduanya. Hingga kemudian menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan dalam menafsirkannya.
Satu pendapat menyatakan, keduanya tidak mungkin bertemu karena ada
batasan. Sementara pendapat kedua menegaskan, air itu bisa bertemu
secara bersama-sama, namun tidak merubah sifat, kadar garam, maupun
ekosistemnya. Rasa penasaran itu akhirnya makin memaksa para ilmuwan
untuk mengkaji secara lebih cermat dan teliti mengenai keduanya.
Akhirnya mereka berkesimpulan, keduanya bisa bertemu walaupun ada
pembatasnya. Akan tetapi ketika air dari salah satu lautan masuk kedalam
lautan yang lain, air tersebut akan kehilangan sifat-sifat pembedanya
dan menjadi homogen dengan air lainnya. Pembatas ini berfungsi sebagai
daerah pemberi sifat serbasama secara transisi terhadap kedua air. “ini
adalah contoh yang baik terhadap penelitian sains modern secara islami.
Teknik modern bisa digunakan untuk membuktikan kemustahilan untuk
ditirunya AlQuran”, kata Syekh Az-Zindani dari Universitas King Abdul
Aziz, Jeddah.
Bahkan Professor Shroeder, ahli kelautan dari Jerman mengungkapkan
kekagumannya akan kebenaran AlQuran yang telah diturunkan 14 abad yang
lalu telah berbicara mengenai hal tersebut.
Wa Allahu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar